Di dalam realita kehidupan yang terjadi pada zaman
sekarang ini, banyak orang mendambakan dirinya menjadi pintar, karena mungkin
menurut mereka dengan menjadi pintar segala sesuatu akan menjadi mudah dan enak.
Akan tetapi hal tersebut dapat berlaku hanya dalam beberapa aspek/bidang
kehidupan, bukan disemua bidang/aspek kehidupan.
Hal
inilah yang saya rasakan hingga saat ini, dimulai ketika saya duduk di bangku
Sekolah Dasar (SD) hingga kini saya duduk dibangku kuliah disalah satu
Perguruan Tinggi Swasta di bilangan Jakarta Timur. Ternyata hal yang menurut
orang banyak adalah itu merupakan sesuatu yang di idam-idamkan ada pada diri
mereka/anak-anak mereka, bagi saya itu sama sekali tidak ENAK, bukan maksud
saya untuk bersifat sombong atau takabur, tapi itulah kenyataan yang ada yang
pernah saya alami selama saya menduduki bangku sekolah. Disini saya membatasi
ruang lingkup yang akan saya bahas hanya sebatas di bangku pendidikan. Mungkin
akan lain lagi ceritanya jika saya melihat nya dari sisi yang berbeda, dari
sisi/bidang dunia kerja. Sekedar mengingatkan, sekali lagi saya tegaskan
tentang apa-apa yang akan saya bahas/ceritakan disini adalah dari sisi
pendidikan.
Berawal
dari ketika saya duduk dibangku Sekolah Dasar, tepatnya saat kelas 4 SD, kenapa
saya fokuskan di kelas 4 SD? Karena menurut saya disaat itulah saya baru
mengenal yang namanya sifat individualism seorang anak muncul (ini menurut saya
lho, bisa saja pendapat kalian berbeda dari saya, karena tergantung pada
individu masing-masing juga sih). Selain itu mungkin bisa juga karena faktor
lingkungan, terutama keluarga yang mana seperti yang kita ketahui keluarga
adalah tempat/wadah pertama seorang insan/manusia mulai mengenal dan membentuk
kepribadiannya masing-masing yang sebagian besar sangat berpengaruh pada
manusia insane itu sendiri. Kembali lagi pada topik pembahasan, jadi saat kelas
4 SD itu saya mulaiberpikir bagaimana caranya agar saya bisa masuk
peringkat/ranking 3 besar, disamping itu, memang sebetulnya kedua orang tua
saya, terutama ayah saya benar-benar mengajarkan saya untuk menjadi yang
terbaik di kelas. Pernah suatu ketika saya tidak mendapat peringkat 3 besar
atau misalnya peringkat/ranking saya dikelas menurun/merosot dari juara 3
besar, konta saja ketika ayah saya mengetahui kalau peringkat saya menurun,
ayah langsung menghukum ku dengan cara tidak boleh menonton TV saat hari
minggu, tidak boleh keluar untuk bermain bersama teman-teman sepermainan saya,
dan yang ada adalah saya dikurung didalam kamar dan yang harus saya lakukan
adalah belajar, padahal seharusnya saya menikmati libur panjang sekolah seperti
anak-anak yang lainnya. Oh iya, bicara soal menonton TV, sebetulnya saya tidak
boleh menonton film kartun oleh ayah saya, padahal film kartun adalah film yang
sangat digemari oleh anak-anak, terutama anak-anak yang seusia saya. Ayah saya
memang tergolong orang yang keras, mungkin karena memang itulah sifatnya orang
Batak. Oh iya saya lupa menceritakan siapa saya, saya hanya akan menjelasskan
sedikit saja tentang siapa saya dan tentu saja tidak detail, karena sesuai
dengan judul yang lebih fokus terhadap sisi pendidikan, bukan mengarah kepada
siapa saya? Saya merupakan anak ke-lima dari tujuh bersaudara yang terlahir
dari keluarga batak.
Masih berbicara seputar Sekolah
Dasar (SD), pernah suatu ketika saya cukup disayang oleh walikelas karena
mungkin menurut walikelas tersebut saya merupakan salah satu anak yang cukup
berprestasi di kelas, yang seharusnya saya merasakan senang hati denga hal tersebut
malah bebalik saya merasa seolah olah saya dijauhi oleh teman-teman saya
(mungkin inilah yang dinamakan kesenjangan social diantara anak-anak SD),
bukankah seharusnya mereka juga ikut senang sama seperti apa yang seharusnya
saya rasakan ? Bahkan ada satu anak yang merasa tersaingi oleh saya, padahal
saya sama sekali tidak bermaksud untuk bersaing dengan mereka didalam kelas,
saya hanya ingin membuktikan kepada kedua orang tua saya bahwa saya bisa
membuat mereka bangga dan mereka tidak merasa sia-sia telah menyekolahkan saya.
Tapi hal itu tdak berlangsung lama, 1 minggu kemudian saya sudah mempunyai
teman kembali, mereka yang tadinya terkesan memusuhi/menjauhi saya kini mereka
menjadi teman saya lagi. Dari hal tersebutlah saya berani mengatakan kalau pintar
itu tidak selamanya Enak, itu baru cerita masa-masa SD lhooo… belum lagi
masa-masa SMP, SMA dan Kuliah. Saya rasa anda/kalian bisa membayangkannya
sendiri, terlebih saat meduduki bangku SMA dan Kuliah. Silahkan anda pikirkan.
No comments:
Post a Comment
Silahkan jika anda yang ingin komentar, namun tolong gunakan bahasa yang sopan. Terimakasih.